Senin, 11 Februari 2013

Khadijah binti Khuwailid


Khadijah binti Khuwailid
kisah teladan sahabat nabi

sebaik-baik wanita ahli surga. Ini sebagaimana sabda Rasulullah,
“Sebaik-baik wanita ahli surga adalah Maryam binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid.”.  “Dia beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tidak mau memberi bantuan, dan Allah Subhanahu wa ta’ala memberiku anak darinya ketika Dia tidak memberiku anak dari wanita lain”
              Khadijah lahir pada tahun 68 sebelum Hijrah. Hidup dan tumbuh serta berkembang dalam suasana keluarga yang terhormat dan terpandang, berakhlak mulia, terpuji, berkemauan tinggi, serta mempunyai akal yang suci, sehingga pada zaman jahiliyah diberi gelar “Ath-Thahirah”. Dia adalah  wanita kaya yang hidup dari usaha perniagaan. Dan untuk menjalankan perniagaannya itu ia memiliki beberapa tenaga laki-laki, diantaranya yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (sebelum beliau menjadi suaminya). Pada usianya yang ke empat puluh, beliau menikah dengan Nabi Muhammad S.A.W, pada waktu itu Nabi Muhammad S.A.W belum diangkat menjadi rasul dan baru berusia 25 tahun. Perbedaan usia tidaklah menimbulkan permasalahan bagi rumah tangga Rasulullah S.A.W. bahkan, Rasulullah S.A.W pada waktu membentuk rumah tangga dengannya tidak mempunyai isteri yang lainnya. Pernikahannya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikaruniai beberapa putera oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yakni Qosim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum dan Fathimah. Namun putera beliau yang laki-laki meninggal dunia sebelum dewasa.
            Selama Khadijah menjadi istri Nabi Muhammad, Khadijah merupakan sosok yang taat dan percaya pada suami. Ia selalu memberikan dukungan dan bantuan dengan penuh semangat dan tekad yang kuat. Sementara Nabi sendiri meski memberikan waktu dan perhatian yang besar kepada aktivitas perniagaannya, selalu mengajak Khadijah untuk bermusyawarah dan bertukar pendapat dalam segala urusan serta mendengarkan setiap pendapatnya dengan seksama. Beliau tetap memberikan perhatian yang sama besar kepada istrinya, selalu memenuhi apa yang diinginkan dan berusaha tidak mengecewakannya. Khadijah sendiri sebagai istri sangat senang bahwa suaminya bisa menggantikan tugasnya serta menyerahkan segala urusan perniagaan kepada sang suami untuk mengembangkan dan mengurusi jalannya perniagaan. Sementara Khadijah mengerahkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk mengurusi rumah tangga, serta berusaha keras untuk membahagiakan suami dan anak-anaknya. Dia juga merupakan sosok wanita yang bisa dijadikan teladan. Umurnya yang lebih tua dari Nabi dan harta kekayaannya yang melebihi Nabi tidak lantas menjadikannya sombong dan ingin menguasai rumah tangga. Ia tetaplah wanita yang taat pada suami dan tunduk pada aturan Allah.
Kahdija juga merupakan contoh bagaimana wanita bukanlah pencarai nafkah utama. Kisah hidupnya seperti menjadi pengingat bagi wanita-wanita muslimah yang berkarir agar tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang Ibu dan istri serta tetap tunduk pada aturan yang telah Allah tetapkan.

masih banyak kisah para sahabat nabi yang dapat kita jadikan contoh dalam kehidupan kita, selengkapnya  silahkan baca disini 


1 komentar:

  1. Terimakasih gan atas infonya yang bermanfaat ini, visit balik ya http://shalat-wajib-fardlu.blogspot.com/

    BalasHapus