Khadijah binti Khuwailid
sebaik-baik wanita ahli surga. Ini sebagaimana sabda
Rasulullah,
“Sebaik-baik wanita ahli surga adalah Maryam binti Imran dan Khadijah
binti Khuwailid.”. “Dia beriman kepadaku
ketika orang-orang ingkar, membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku,
membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tidak mau memberi bantuan, dan
Allah Subhanahu wa ta’ala memberiku anak darinya ketika Dia tidak memberiku
anak dari wanita lain”
Khadijah
lahir pada tahun 68 sebelum Hijrah. Hidup dan tumbuh serta berkembang dalam
suasana keluarga yang terhormat dan terpandang, berakhlak mulia, terpuji,
berkemauan tinggi, serta mempunyai akal yang suci, sehingga pada zaman
jahiliyah diberi gelar “Ath-Thahirah”. Dia adalah wanita kaya yang hidup dari usaha perniagaan.
Dan untuk menjalankan perniagaannya itu ia memiliki beberapa tenaga laki-laki,
diantaranya yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (sebelum beliau
menjadi suaminya). Pada usianya yang ke empat puluh, beliau menikah dengan Nabi
Muhammad S.A.W, pada waktu itu Nabi Muhammad S.A.W belum diangkat menjadi rasul
dan baru berusia 25 tahun. Perbedaan usia tidaklah menimbulkan permasalahan
bagi rumah tangga Rasulullah S.A.W. bahkan, Rasulullah S.A.W pada waktu
membentuk rumah tangga dengannya tidak mempunyai isteri yang lainnya. Pernikahannya
dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikaruniai beberapa putera oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala yakni Qosim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum
dan Fathimah. Namun putera beliau yang laki-laki meninggal dunia sebelum
dewasa.
Selama Khadijah menjadi istri
Nabi Muhammad, Khadijah merupakan sosok yang taat dan percaya pada suami. Ia
selalu memberikan dukungan dan bantuan dengan penuh semangat dan tekad yang
kuat. Sementara Nabi sendiri meski memberikan waktu dan perhatian yang besar
kepada aktivitas perniagaannya, selalu mengajak Khadijah untuk bermusyawarah
dan bertukar pendapat dalam segala urusan serta mendengarkan setiap pendapatnya
dengan seksama. Beliau tetap memberikan perhatian yang sama besar kepada
istrinya, selalu memenuhi apa yang diinginkan dan berusaha tidak
mengecewakannya. Khadijah sendiri sebagai istri sangat senang bahwa suaminya
bisa menggantikan tugasnya serta menyerahkan segala urusan perniagaan kepada
sang suami untuk mengembangkan dan mengurusi jalannya perniagaan. Sementara
Khadijah mengerahkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk mengurusi rumah tangga,
serta berusaha keras untuk membahagiakan suami dan anak-anaknya. Dia juga
merupakan sosok wanita yang bisa dijadikan teladan. Umurnya yang lebih tua dari
Nabi dan harta kekayaannya yang melebihi Nabi tidak lantas menjadikannya
sombong dan ingin menguasai rumah tangga. Ia tetaplah wanita yang taat pada
suami dan tunduk pada aturan Allah.
Kahdija juga merupakan contoh bagaimana wanita bukanlah pencarai
nafkah utama. Kisah hidupnya seperti menjadi pengingat bagi wanita-wanita
muslimah yang berkarir agar tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang Ibu
dan istri serta tetap tunduk pada aturan yang telah Allah tetapkan.
masih banyak kisah para sahabat nabi yang dapat kita jadikan contoh dalam kehidupan kita, selengkapnya silahkan baca disini
Terimakasih gan atas infonya yang bermanfaat ini, visit balik ya http://shalat-wajib-fardlu.blogspot.com/
BalasHapus